City Branding : Mari Belajar Dari Jokowi

Rabu, 11 Januari 2012

print this page
send email
Sudah lama saya ingin menuliskan tema ini. Sepak terjang Joko Widodo, Walikota Solo, yang akrab dipanggil Jokowi ini memang menarik perhatian saya yang selalu ingin belajar ilmu marketing. Bagi saya, sosok Jokowi memang diakui sebagai marketer kota yang sangat lihai.
Salahsatu gebrakan yang saat ini populer adalah soal mobil esemka yang dicita-citakan ingin jadi prototife mobil nasional (mobnas). manuver marketing yang dibuatnya adalah dengan menjadikan mobil esemka ini sebagai mobil dinas dirinya sebagai Walikota Solo. Banyak sekali pujian dan dukungan atas langkah kontroversi Jokowi ini. Seluruh media, tak terkecuali, mewartakan hal ini dan menjadi topik hangat. Banyak juga pejabat, anggota DPR, dan artis yang minat untuk pesan mobil esemka ini. Namun dibalik itu juga ada segelintir pejabat yang sinis dan seolah-olah ada penolakan halus atas apa yang dilakukannya tersebut. Ada yang mengatakan Jokowi narsis-lah, melanggar aturan-lah dan sebagainya.
Tapi Inilah salahsatu kepiawaian marketing Jokowi. Beliau sukses membuat orang membicarakan produk yang dijualnya baik yang pro maupun kontra, membuat orang penasaran dan melakukan pemesanan produknya. Bahkan Jokowi sendiri menyatakan bahwa dirinya siap menjadi brand ambassador dan sekaligus menjadi sales dari mobil esemka ini. (baca VIVAnews)

***********
Tentu gebrakan-gebrakan Jokowi tidaklah sporadis. Jokowi memang punya konsep, strategi dan arah yang jelas. Ada 3 managemen kepemimpinan yang  selalu disampaikan Jokowi dalam rangka membangun Solo. Tiga hal itu adalah managemen brand, managemen produk dan management consumer.
Dalam konteks program mobil esemka-nya Jokowi saat ini sudah berhasil membangun brand Solo sebagai titik awal kebangkitan industri otomotif Indonesia, sebagaimana yang dikatakan dalam salahsatu wawancara dengan Metrotv. Dan untuk membangun produknya, Jokowi ternyata sudah mempersiapkannya dengan matang. Beliau telah mendirikan PT. Solo Manufaktur Kreasi (SMK) yang jadi pemegang merek dan agen tunggal mobil merek esemka. PT Esemka ditempatkan oleh Jokowi berkantor di Solo Technopark, yang merupakan salahsatu program Jokowi yang cukup berhasil. (berita disini)
PT. SMK ini merupakan program Jokowi untuk memanagemen produk dan konsumen. Menurut Direktur PT SMK Sulistyo Rabono saat ini sudah ada sekitar 100-an pesanan untuk produk mobil esemka ini, baik untuk jenis SUV maupun double cabin. Diantara pesanan itu ada 33 unit dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), 6 unit Pemkab Karanganyar dan 40 unit dari Kosgoro.
Tentunya gaya marketing Jokowi bukan saja pada kasus mobil esemka saja. Jokowi ternyata juga sukses untuk memarketingkan kotanya dibidang lain. Seperti pada saat terjadinya bom solo 25 September 2011 yang lalu, Jokowi sukses dengan cepat mengembalikan citra aman dan nyaman Kota Solo sehingga event Asian Paragames tetap jadi dilaksanakan di Solo. Begitupun yang lainnya seperti projek bus tingkat dan railbuss (plus trem di tahun 2013), dan tentu saja Solo Technopark.

**********
Setidaknya ada beberapa hal yang dapat dijadikan pelajaran bagi kita dari studi kasus mobil esemka ini :

  1. Keberadaan brand ambassador dalam figur pemimpin (walikota) ternyata berpengaruh sekali dalam keberhasilan membangun dan membesarkan merek suatu kota (City Branding). Posisioning brand kota yang bagus ternyata memberikan dampak kemudahan bagi peluang investasi swasta dan mampu mendongkrang kesejahteraan masayarakatnya.
  2. Pembangunan merek suatu kota (city branding) haruslah disusun secara jelas dan terarah. Juga perlu adanya keterlibatan secara penuh dari masyarakat dalam merancang merek kota.
  3. Dalam kepemimpinan walikota haruslah kreatif dalam melakukan branding city-nya. Walikota jangan dibatasi atau dihambat oleh birokrasi yang rumit. Inilah yang terjadi dihampir seluruh wilayah kota diluar Solo dan Walikota Solo mampu untuk mengatasinya. Ingat, anak SMK yang buat mobil itu bukan hanya anak SMK Solo. Tapi mengapa Solo seolah-olah yang terdepan dan terunggil ?


1 komentar:

  1. Hatur nuhun kang udah mampir...

    Saya setuju dengan pendapat akang.
    Karena memang marketing salah satu bagiannya adalah product, selain juga mencakup place, price dan promotion.

    Tanpa dukungan kontrol kualitas produk yang baik, maka secanggih apapun promosi marketing tidak akan banyak berdampak buat pembentukan brand. Karena untuk penguatan brand diperlukan trust atas produk.
    Walaupun begitu.. produk pas-pasan akan bisa dikatrol oleh promosi yang tepat.

    BalasHapus