Sekitar 1 tahun lagi saya yang warga Kota Sukabumi akan memilih dan menentukan pemimpin kota ini. Bagi sebagian orang (entah banyak atau sedikit), termasuk saya, momentum pilkada tentu sangat penting bagi cerah atau tidaknya kesejahteraan di masa yang akan datang. Dalam soal ini tentu akan banyak persepsi sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Ada yang mengartikan kesejahteraan buat pribadi, buat kelompok atau golongan maupun buat masyarakat lain secara umum. Para bakal calon walikota pasti semuanya menyatakan bahwa perjuangannya untuk mensejahterakan seluruh warga, walaupun nanti kalo sudah kepilih itu komitmen itu lupa atau bahkan dilupakan.
Bagi saya, pilkada 2013 ini haruslah menjadi momentum perubahan kepemimpinan (entah itu reformasi atau restorasi). Tanpa itu, Kota Sukabumi akan begini-begini saja tak ada kemajuan yang sangat berarti dan bisa berdampak besar dan jangka panjang. Perubahan kepemimpinan yang saya maksud bukan soal orang, tapi soal leadership (gaya kepemimpinan).
Selama 10 tahun ini kepemimpinan Walikota Sukabumi saya rasakan lebih banyak mengayomi saja. Karenanya tidak mengherankan bila walikota tidak menjadi tuntunan dan motivasi bagi masyarakatnya untuk mencapai hal-hal yang luar biasa. Sebagai pemimpin yang mengayomi, akhirnya PKL dibiarkan begitu saja, jalan dijadikan lapak pasar, para seniman hanya bisa berkarya tapi tidak menghasilkan, branding kota menjadi semrawut tak karuan, baligo dan spanduk beragam bentuk dan tema tercecer tak dikelola dan lain sebagainya. Dengan alasan tidak ingin menyakiti PKL, walikota hanya bisa membiarkan mereka membuat semrawut kota ini. Ketika tuntutan ingin menang adipura, bukannya dibenahi dengan konsep yang jelas malah dilakukan tindakan penertiban yang kadang tidak empati soal rasa keadilan yang menjadi hak masyarakat.
Inilah gambaran kepemimpinan yang saya inginkan perubahan. Alangkah cerahnya masa depan kota ini, bila miliki sosok walikota yang visioner dan bisa menggerakkan partisipasi masyarakat. Pemimpin yang bukan hanya bisa membuat program-program pembangunan saja, tetapi juga mampu menjadikan masyarakat punya rasa memiliki terhadap program tersebut. Pemimpin yang dapat memahami apa yang diinginkan masyarakatnya. Pemimpin yang dengan sukarela menjadikan masyarakatnya sebagai sumber inspirasi dan memanusiakan mereka. Sosok kepemimpinan inilah yang ingin saya katakan sebagai walikota Sukabumi yang membumi.
Barangkali keinginan saya ini dianggap sebagai hal yang idealis dan tidak realistis. Idealis karena dianggap hanya akan menjadi angan-angan saja dan mimpi. Terus terang beberapa bulan ini saya akui memang saya #galau soal ini. Adakah sosok calon walikota yang bisa seperti ini di Sukabumi ? Ditengah kegalauan, saya masih optimis Kota Sukabumi akan menemukan sosok pemimpin yang membumi ini.
Sebenarnya sosok pemimpin harapan saya sih tidak terlalu idealis dan muluk-muluk. Jokowi bisa jadi model soal ini. Kiprah kepemimpinan Walikota Solo ini telah banyak yang kita lihat. Selain soal mobil esemka yang baru-baru ini ramai dibicarakan, Walikota Solo ini juga berhasil dalam membenahi Taman Balekambang. Walaupun tidak seheboh mobil esemka, sebenarnya soal renovasi Taman Balekambang sangat menarik untuk dijadikan teladan kepemimpinan. Soal ini saya akan bahas di postingan lain ya... (Lagi-lagi kita harus belajar dari Jokowi.... Baca tulisan saya sebelumnya soal Branding city : Mari belajar dari Jokowi. Klik disini)
Terakhir saya mengajak seluruh komponen warga Kota Sukabumi agar menjadikan momentum pilkada ini sebagai momen perubahan untuk kemajuan Kota Sukabumi yang lebih baik dan lebih unggul. Bukan saja hanya menghabiskan anggaran APBD maupun menghambur-hamburkan dana politik seperti yang akan dilakukan oleh partai ini. (lihat disini)
Saya yakin kita akan mampu menemukan Walikota Sukabumi yang membumi di pilkada 2013 nanti... Semoga..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar